Senin, 05 Desember 2011

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Luas dan Letak Daerah Penelitian
            Daerah penelitian ini merupakan salah satu daerah yang terdapat di dalalam wilayah Kecamatan Sadu Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi dengan luas wilayah 3103 Ha.  Desa ini berjarak ±  29 km dari ibu kota Kecamatan
            Secara administrasi Desa Remau Bako Tuo terletak dalam batas-batas wilayah sebagai berikut :
a)      Sebelah Timur berbatasan dengan  Laut Cina Selatan
b)      Sebelah Barat berbatasan dengan Taman Nasional Berbak
c)      Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Air Hitam Laut
d)     Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sungai Sayang
Secara geografis Desa Remau Bako Tuo terletak antara 10 13’ 00” Lintang Selatan (LS) sampai 10 18’ 40” (LS) dan antara 1040 21’ 25” Bujur Timur (BT) – 1040 25’ 25” (BT). Daerah penelitian ini dapat dicapai melalui transportasi darat dan air. Secara spasial lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Peta Administrasi (Lampiran 8)

4.2. Keadaan Alam
            Secara umum bentuk wilayah Desa Remau Bako Tuo adalah tergolong datar  dengan elevasi antara1 (satu) sampai dengan 5 (lima) m diatas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata sekitar 2000 sd 300 mm dengan suhu udara rata-rata berkisar 25,9 oC – 27,4 o C(Badan Pusat Statistik,  2010)
            Data iklim yang diperoleh berupa data curah hujan bulanan selama 10 tahun (tahun 2001 – 2010) yang diperoleh dari data stasiun Klimatologi Jambi Kecamatan Sadu (Lampiran 11). Menurut  pembagian tipe curah hujan dari Schmidt dan Ferguson (1951), daerah penelitian ini termasuk iklim A (Sangat Basah) dengan nilai Q = 0,068 dimana jumlah rata-rata bulan kering (BK) adalah 0,7 dan jumlah rata-rata bulan basah (BB) adalah 10,3 (lampiran 12)
            Desa ini merupakan daerah rawa pasang surut yang dimana pengaruh pasang surut air laut mengena kesebagian besar lahan.
4.3. Fisiografi Daerah Penelitian
Secara umum daerah penelitian merupakan daerah endapan, baik hasil aktivitas sungai maupun pasang surut air laut. Berdasarkan pengamatan di lapangan, daerah penelitian di dominasi oleh bahan endapan rawa yang berupa lumpur maupun liat yang merupakan akumulasi bahan dari aktivitas pasang surut air laut dan sungai. Sebagian besar daerah survei terdiri dari bahan mineral endapan alluvial dan bahan organik.
Seluruh daerah penelitian bertopografi datar dan berkelerengan kurang dari 3 %. Berdasarkan bentuk lahannya daerah survei termasuk Shoreplain (daerah pesisir) dan daerah rawa. Berdasarkan Peta Land Unit (Laboratorium Survei dan Evaluasi Lahan Fakultas Pertanian Universitas Jambi, 2006) Desa Remau Bako Tuo berada pada 3 jenis Land Unit yaitu Bf.4.3 (Dataran pasang surut ber-vegetasi bakau), Bf.4.2 serta Bf.5.2 (Rawa belakang dipengaruhi air asin ber-vegetasi hutan campuran). Group ini merupakan suatu daerah yang berasal dari endapan marin resen yang terdiri dari pasir, lumpur dan liat. Unit fisiografi ini menempati sepanjang pantai timur. Daerah ini mempunyai drainase terhambat, pada tempat-tempat tertentu memungkinkan terjadinya tanah sulfat masam atau sulfat masam pontensial.

4.4. Pengunaan Lahan
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan hasil wawan cara dengan penyulul pertanian lapangan (PPL) jenis penggunaan lahan di daerah penelitian ini cukub beragam yakni : (1) Ladang/tegalan yang umumnya di tanami tanaman kacang-kacangan dan cabai. (2) Rumput rawa, yang tersebar diseluruh daerah penelitian, (3),Tanaman perkebunan seperti kelapa dan pinang. Penggunaan lahan yang ditemukan diantaranya:
(1)   Tanaman Kelapa, ini banyak ditanam sepanjang pantai dengan luas lahan  5786 ha.
(2)   Pinang, luas lahan tanaman pinang yakni 253 ha.
(3)   Kopi, luas lahan tanaman ini yaitu 27 ha.
(4)   Padi, hanya sebagian kecil petani yang mengusahakan tanaman padi dengan areal persawahan.

Selasa, 21 Juni 2011

METODE PENELITIAN TIPOLOGI LAHAN PASANG SURUT

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1.      Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Remau Baku Tuo, Kecamatan Sadu Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi dengan luas lahan ± 2457 Ha .
Waktu pelaksanaan dimulai dari September sampai dengan November   tahun 2010 yang meliputi kegiatan persiapan, survei pendahuluan, survei lapangan, analisis contoh tanah dan penyusunan laporan.

3.2.      Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah sampel tanah, bahan kimia untuk penetapan beberapa sifat kimia tanah di lapangan (air suling dan H2O2 30%) serta di laboratorium.
Alat yang digunakan adalah seperangkat komputer baik Hardware maupun software pendukung seperti Arc View 3.3 atau Arc GIS 8.1 untuk pembuatan peta dan analisi data, sedangkan alat di lapangan yang digunakan yakni GPS (Global Positioning System), bor tanah gambut, bor tanah mineral, pisau lapang, kantong plastik, kertas label, meteran, karet gelang, kartu deskripsi, map plastik, atau kantong pelindung, alat tulis serta kompas sebagai alat penunjuk arah.

3.3.      Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dan  pengamatan sampel tanah menggunakan sistem Grid pada tingkat Semidetail. Titik-titik pengamatan (boring) diplot terlebih dahulu pada peta kerja skala 1: 50.000 dengan jarak antar titik pengamatan (boring) adalah 500 m x 500 m.
Pengamatan tanah di lapangan diarahkan untuk mengetahui penyebaran tipologi lahan dengan cara pengeboran hingga ditemukan lapisan mineral dengan tujuan untuk mengetahui kedalaman pirit, ketebalan gambut dan tinggi muka air tanah. Sistem klasifikasi tipologi lahan rawa pasang surut yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sistem Klasifikasi Tipologi Lahan yang dikemukakan Oleh Widjaja-Adhi (1995), yang disajikan pada Tabel 3:
Tabel 3. Klasifikasi Tipologi Lahan Pasang Surut *
Klasifikasi Tipologi Lahan
Widjaja-Adhi (1995)
Simbol
Kedalaman Pirit
(cm)
Ketebalan Gambut
(cm)
Kedalaman Pirit
(cm) *
Simbol *
Aluvial Bersulfida Sangat Dalam
SMP-3
>100
-
>100
SMP-3
Alluvial Bersulfida Dalam
SMP-2
50 – 100
-
50 - 65
SMP-2- a
65 - 75
SMP-2- b
   75 - 100
SMP-2- c
Alluvial Bersulfida Dangkal
SMP-1
< 50
-
0 - 35
SMP-1- a
35 - 50
SMP-1- b
Alluvial Bersulfat-1
SMA-1
<100
-
0  - 35
SMA-1- a
35 - 45
SMA-1- b
45 - 60
SMA-1- c
60 - 75
SMA-1- d
 75 - 100
SMA-1- e
Alluvial Bersulfat -2
SMA-2
<100
-
0 - 35
SMA-2- a
35 - 45
SMA-2-  b
45 - 60
SMA-2- c
60 - 75
SMA-2- d
 75 - 100
SMA-2- e
Alluvial Bersulfat -3
SMA-3
>100
-
> 100
SMA-3
Alluvial Bersulfida Dangkal
Bergambut
G-0
< 50
<50
0-35
G-0- a
35-50
G-0- b
Lahan agak salin
(S-1)

0-150 cm
(pH >6,0;ESP
>15%)
-
0 - 35
S-1-a
35 - 45
S-1-b
45 - 60
S-1-c
60 - 75
S-1-d
 75 - ≤ 150
S-1-e
Lahan salin
(S-2)
0-150 cm
(pH >6,0;ESP 8-15%)
-
0 - 35
S-2-a
35 - 45
S-2-b
45 - 60
S-2-c
60 - 75
S-2-d
 75 - ≤ 150
S-2-e
Gambut Dangkal
G-1
-
50 – 100
50 – 100
G-1
Gambut Tengahan
G-2
-
101 – 200
101 – 200
G-2
Gambut Dalam
G-3
-
201 – 300
201 – 300
G-3
Gambut Sangat Dalam
G-4
-
>300
>300
G-4
Sumber : Widjaja-Adhi (1995)
 * Modifikasi yang  mengacu untuk Kesesuaian Lahan Tanaman Pangan.

            Untuk mendapatkan informasi status kesuburan tanah dari daerah penelitian maka perlu diambil contoh tanah komposit pada kedalaman 0 – 30 cm dari setiap satuan lahan homogen (SLH). Satuan lahan homogen dibuat berdasarkan peta tipologi lahan dan tipe luapan. Kriteria Penilaian Sifat – Sifat Kimia Tanah (Lampiran 5) dan Tingkat Kesuburan didasarkan pada kriteria dari Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor, 1983 (Sarwono Hardjowigeno, 2007) (Lampiran 6).

3.4.      Tahap Pelaksanaan Penelitian
3.4.1.   Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan yakni studi pustaka dan pengumpulan data dari laporan-laporan atau tulisan yang berhubungan dengan penelitian serta pengumpulan dan penyiapan peta-peta pendukung. Peta pendukung yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a.        Peta Administrasi Kecamatan Sadu dengan Skala 1: 250.000 (lampiran 8)
b.        Peta Administrasi Desa Remau Baku Tuo dengan Skala 1 : 100.000 (lampiran 9)
c.    Serta Peta Kerja dengan Skala 1: 50.000, diperoleh titik pengamatan berjumlah 118 titik.  Lampiran10 (Peta Kerja)

3.4.2.   Tahap Suvei Pendahuluan
            Kegiatan yang dilakukan pada tahap survei pendahuluan yaitu :
  • Melakukan kunjungan kelapangan (daerah penelitian) untuk memperoleh gambaran tentang kondisi  serta resiko yang mungkin dihadapi di lapangan serta melakukan pengecekan peta kerja di lapangan.
  • Menyusun rencana operasional survei utama sesuai dengan kondisi lapangan dengan metode survei yang digunakan 
  • Menyiapkan perlengkapan survei
  •  Pematangan rencana keseluruhan kegiatan di lapangan.

3.4.3.   Tahap Survei Lapangan/ Utama
            Pada tahap suvei lapangan/utama ini kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :
a.    Memastikan bahwa alat-alat survei yang akan digunakan telah lengkap.
1. Memasukkan koordinat (entry koordinat) titik-titik pengamatan yang telah ditentukan sebelumnya pada pembuatan peta kerja ke dalam GPS (Global Positioning System) dengan sisitem koordinat Desimal Degree (DD) ataupun UTM. Pada tahap perencanaan kerja, jumlah titik boring yang di plot pada peta kerja berjumlah 96 titik bor.
b. Melakukan fungsi GO TO pada GPS untuk menuju ke satu  titik pengamatan yang diinginkan dengan tetap dibantu kompas sebagai penentu arah.
c. Setelah titik pengamatan yang dituju ditemukan, kegiatan selanjutnya adalah mengisi kartu deskripsi  tentang keadaan kondisi fisik lahan yaitu kondisi vegetasi serta penggunaan lahan.
d. Setelah itu maka dilakukan pengeboran (boring) tanah. Pada kegiatan pengeboran tanah akan dilakukan deskripsi morfologi tanah. Semua hal-hal yang penting pada penampang tanah yang meliputi :
1.Warna tanah.
2.Tingkat kematangan bahan organik (untuk tanah gambut dan bergambut), ditentukan dengan kriteria kematangan gambut dengan metode peras Von Vost, (Lampiran 2)
3.Tekstur (tanah mineral), ditentukan dengan kriteria penetapan kelas tekstur menurut perasaan di lapangan, (Lampiran 3)
4.Perakaran ada atau tidak
5.Kedalaman pirit (potensi sulfat masam)
6.Kedalaman muka air tanah(cm) diukur dari permukaan tanah sampai awal permukaan air tanah.
7.Pengaruh pasang dan bahaya banjir diperoleh dari keterangan petani atau warga dan petugas setempat. Semua hal-hal tersebut dicatat pada kartu deskripsi bor.
f.  Setelah kegiatan deskripsi boring selesai dilakukan maka dilakukan pengambilan sampel tanah sebanyak ± 1 kg  pada lapisan  atas ( 0 – 30 cm).
g. Setelah selesai pada satu titik pengamatan, maka dilakukan kembali perjalanan survei menuju titik pengamatan lainnya dengan tetap menggunakan fungsi GO TO pada GPS dengan kompas sebagai penunjuk arah.
h. Setelah selesai kegiatan pemboran tanah diseluruh areal penelitian, maka ditentukan tipologi lahannya (Peta Tipologi Lahan) (Lampiran 16)
i.  Kemudian dilakukan identifikasi dan deliniasi lahan berdasarkan tipe luapannya, (Peta Tipe Luapan) (Lampiran 15). Teknik deliniasi dengan menggunakan analisis data spasial (Spatial Analyst).
j.  Setelah diperoleh peta tipologi lahan dan tipe luapan dilanjutkan dengan membuat peta Satuan Lahan Homogen (SLH) berdasarkan tumpang susun (Overlay) dari kedua peta tematik tersebut (Peta Satuan Lahan Homogen) (Lampiran 17)
k. Kemudian diambil 1 kg sampel tanah komposit dari beberapa titik bor yang terdapat dalam Satuan Lahan Homogen (SLH) untuk mengetahui sifat kimia  tanah di laboratorium.

3.4.4.   Tahap Pasca Survei Lapangan
            Kegiatan yang dilakukan setelah survei utama adalah sebagai berikut :
a.  Pengolahan data hasil pengamatan di lapangan dan analisis tanah di laboratorium.
b.  Editing data digital dan revisi draff peta tematik dibantu software Arc View 3.3 ataupun Arc GIS 8.1.
c.  Penyusunan naskah laporan.

3.5.      Parameter
            Parameter yang diamati di lapangan adalah :
1.     Kondisi penggunaan lahan (Land use) dan vegetasi, ditentukan dengan mengamati secara langsung keadaan di lapangan.
2.      Warna tanah, diidentifikasi dengan mengunakan buku Munsell Soil Colour Chart.
3.     Tekstur tanah (tanah mineral), ditentukan dengan kriteria penetapan kelas tekstur menurut perasaan di lapangan, (Lampiran 3).
4.   Ketebalan dan tingkat dekomposisi bahan organik (untuk tanah gambut/bergambut), ditentukan dengan kriteria kematangan gambut dengan metode peras Von Vost, (Lampiran 2).
5.     Kedalaman pirit (potensi sulfat masam), ditentukan melalui oksida cepat dengan H2O2 30 % yang ditambahkan pada tanah segar yang di identifikasi mengandung bahan sulfidik (pirit) yaitu berwarna abu gelap atau abu-abu kehijauan. Bila berbuih sangat kuat serta pH < 3,5 setelah pemberian H2O2 30 % maka di identifikasikan adanya bahan sulfidik (pirit), kemudian diukur kedalaman dari permukaan tanah.
6.    Perakaran, ditentukan dengan mengamati ada atau tidaknya perakaran baik itu halus atau kasar sampai tidak ditemukan perakaran di dalam tanah.
7.     Drainase tanah, ditentukan dengan mengamati secara langsung kondisi permukaan lahan di lapangan meliputi ada atau tidaknya genangan air, bercak, dan warna gley (2,5 Y 5/2 s/d 5 Y 4/1), (Lampiran 4).
8.      Kedalaman muka air tanah (cm) diukur dari permukaan tanah sampai awal permukaan air tanah.
9.      pH tanah, diukur dengan alat pengukur pH meter.
Jenis analisis kimia untuk contoh tanah dianalisis sifat kimianya di laboratorium dengan mengacu pada metode yang berlaku, disajikan pada Tabel 4 :
Tabel 4. Sifat Kimia Tanah yang Dianalisis di Laboratorium.
Jenis Analisis Kimia
Metode
Satuan
C –Organik
Pengabuan
%
P2O5  Tersedia
Metode Bray-1
ppm
K2O Potensial
Ekstrak HCl 25 %
Mg/100 g
N Total
Kjeldhal
%
KTK
Metode Ekstraksi HCl 1N NH4Oac pH 7
cmol/Kg
Kejenuhan Basa
Metode Hitungan
%
pH (H2O) 1 : 2
Metode Elektrometri / pH meter
-
Salinitas (DHL)*
Konduktifiti meter/Tahanan listrik
mS.cm -1
* Kriteria Salinitas (DHL) (Lampiran 7)

3.6. Analisis Data
Data hasil pengamatan di lapangan dan hasil analisis tanah di laboratorium di analisis secara deskriptif. Dalam sistem klasifikasi tipologi lahan rawa, yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sistem Klasifikasi Tipologi Lahan Hasil Pembaharuan Klasifikasi Tipologi Lahan yang dikemukakan oleh Widjaja-Adhi 1995. Sistem penentuan harkat (nilai) Sifat Kimia (Lampiran 5) dan Status Kesuburan  (Lampiran 6), yang digunakan pada penelitian ini adalah berdasarkan kriteria penilaian yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor (PPT Bogor) 1983.

NB: Untuk Peta-peta anda dapat melihat pada FACEBOK saya