III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat
dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di
Desa Remau Baku Tuo, Kecamatan Sadu Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi
Jambi dengan luas lahan ± 2457 Ha .
Waktu pelaksanaan dimulai dari
September sampai dengan November tahun
2010 yang meliputi kegiatan persiapan, survei pendahuluan, survei lapangan,
analisis contoh tanah dan penyusunan laporan.
3.2. Bahan
dan Alat
Bahan yang digunakan adalah
sampel tanah, bahan kimia untuk penetapan beberapa sifat kimia tanah di
lapangan (air suling dan H2O2 30%) serta di laboratorium.
Alat yang digunakan adalah
seperangkat komputer baik Hardware maupun software pendukung
seperti Arc View 3.3 atau Arc GIS 8.1 untuk pembuatan peta dan analisi data,
sedangkan alat di lapangan yang digunakan yakni GPS (Global Positioning
System), bor tanah gambut, bor tanah mineral, pisau lapang, kantong
plastik, kertas label, meteran, karet gelang, kartu deskripsi, map plastik,
atau kantong pelindung, alat tulis serta kompas sebagai alat penunjuk arah.
3.3. Metode
Penelitian
Penelitian ini dilakukan
dengan metode survei dan pengamatan
sampel tanah menggunakan sistem Grid pada tingkat Semidetail.
Titik-titik pengamatan (boring) diplot terlebih dahulu pada peta kerja
skala 1: 50.000 dengan jarak antar titik pengamatan (boring) adalah 500
m x 500 m.
Pengamatan tanah di lapangan
diarahkan untuk mengetahui penyebaran tipologi lahan dengan cara pengeboran
hingga ditemukan lapisan mineral dengan tujuan untuk mengetahui kedalaman
pirit, ketebalan gambut dan tinggi muka air tanah. Sistem klasifikasi tipologi
lahan rawa pasang surut yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sistem
Klasifikasi Tipologi Lahan yang dikemukakan Oleh Widjaja-Adhi (1995), yang
disajikan pada Tabel 3:
Tabel 3.
Klasifikasi Tipologi Lahan Pasang Surut *
Klasifikasi Tipologi Lahan
Widjaja-Adhi (1995)
|
Simbol
|
Kedalaman Pirit
(cm)
|
Ketebalan Gambut
(cm)
|
Kedalaman Pirit
(cm) *
|
Simbol *
|
Aluvial Bersulfida Sangat
Dalam
|
SMP-3
|
>100
|
-
|
>100
|
SMP-3
|
Alluvial Bersulfida Dalam
|
SMP-2
|
50 – 100
|
-
|
50 - 65
|
SMP-2- a
|
65 - 75
|
SMP-2- b
|
75 - 100
|
SMP-2- c
|
Alluvial Bersulfida Dangkal
|
SMP-1
|
< 50
|
-
|
0 - 35
|
SMP-1- a
|
35 - 50
|
SMP-1- b
|
Alluvial Bersulfat-1
|
SMA-1
|
<100
|
-
|
0 - 35
|
SMA-1- a
|
35 - 45
|
SMA-1- b
|
45 - 60
|
SMA-1- c
|
60 - 75
|
SMA-1- d
|
75 - 100
|
SMA-1- e
|
Alluvial Bersulfat -2
|
SMA-2
|
<100
|
-
|
0 - 35
|
SMA-2- a
|
35 - 45
|
SMA-2- b
|
45 - 60
|
SMA-2- c
|
60 - 75
|
SMA-2- d
|
75 - 100
|
SMA-2- e
|
Alluvial Bersulfat -3
|
SMA-3
|
>100
|
-
|
> 100
|
SMA-3
|
Alluvial Bersulfida Dangkal
Bergambut
|
G-0
|
< 50
|
<50
|
0-35
|
G-0- a
|
35-50
|
G-0- b
|
Lahan agak salin
|
(S-1)
|
0-150 cm
(pH >6,0;ESP
>15%)
|
-
|
0 - 35
|
S-1-a
|
35 - 45
|
S-1-b
|
45 - 60
|
S-1-c
|
60 - 75
|
S-1-d
|
75 - ≤ 150
|
S-1-e
|
Lahan salin
|
(S-2)
|
0-150 cm
(pH >6,0;ESP 8-15%)
|
-
|
0 - 35
|
S-2-a
|
35 - 45
|
S-2-b
|
45 - 60
|
S-2-c
|
60 - 75
|
S-2-d
|
75 - ≤ 150
|
S-2-e
|
Gambut Dangkal
|
G-1
|
-
|
50 – 100
|
50 – 100
|
G-1
|
Gambut Tengahan
|
G-2
|
-
|
101 – 200
|
101 – 200
|
G-2
|
Gambut Dalam
|
G-3
|
-
|
201 – 300
|
201 – 300
|
G-3
|
Gambut Sangat Dalam
|
G-4
|
-
|
>300
|
>300
|
G-4
|
Sumber : Widjaja-Adhi (1995)
* Modifikasi yang mengacu untuk Kesesuaian Lahan Tanaman
Pangan.
Untuk
mendapatkan informasi status kesuburan tanah dari daerah penelitian maka perlu
diambil contoh tanah komposit pada kedalaman 0 – 30 cm dari setiap satuan lahan
homogen (SLH). Satuan lahan homogen dibuat berdasarkan peta tipologi lahan dan
tipe luapan. Kriteria Penilaian Sifat – Sifat Kimia Tanah (Lampiran 5)
dan Tingkat Kesuburan didasarkan pada kriteria dari Staf Pusat Penelitian Tanah
Bogor, 1983 (Sarwono Hardjowigeno, 2007) (Lampiran 6).
3.4. Tahap
Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Tahap
Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada
tahap persiapan yakni studi pustaka dan pengumpulan data dari laporan-laporan
atau tulisan yang berhubungan dengan penelitian serta pengumpulan dan penyiapan
peta-peta pendukung. Peta pendukung yang digunakan dalam penelitian ini adalah
:
a.
Peta
Administrasi Kecamatan Sadu dengan Skala 1: 250.000 (lampiran 8)
b.
Peta
Administrasi Desa Remau Baku Tuo dengan Skala 1 : 100.000 (lampiran 9)
c. Serta
Peta Kerja dengan Skala 1: 50.000, diperoleh titik pengamatan berjumlah 118
titik. Lampiran10 (Peta Kerja)
3.4.2. Tahap Suvei Pendahuluan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap survei pendahuluan
yaitu :
- Melakukan
kunjungan kelapangan (daerah penelitian) untuk memperoleh gambaran tentang
kondisi serta resiko yang mungkin dihadapi di lapangan serta melakukan
pengecekan peta kerja di lapangan.
- Menyusun
rencana operasional survei utama sesuai dengan kondisi lapangan dengan metode
survei yang digunakan
- Menyiapkan
perlengkapan survei
- Pematangan
rencana keseluruhan kegiatan di lapangan.
3.4.3. Tahap Survei Lapangan/ Utama
Pada tahap suvei lapangan/utama ini kegiatan-kegiatan
yang akan dilaksanakan adalah :
a.
Memastikan
bahwa alat-alat survei yang akan digunakan telah lengkap.
1. Memasukkan
koordinat (entry koordinat) titik-titik pengamatan yang telah ditentukan
sebelumnya pada pembuatan peta kerja ke dalam GPS (Global Positioning
System) dengan sisitem koordinat Desimal Degree (DD) ataupun UTM. Pada
tahap perencanaan kerja, jumlah titik boring yang di plot pada peta kerja
berjumlah 96 titik bor.
b. Melakukan
fungsi GO TO pada GPS untuk menuju ke satu
titik pengamatan yang diinginkan dengan tetap dibantu kompas sebagai
penentu arah.
c. Setelah
titik pengamatan yang dituju ditemukan, kegiatan selanjutnya adalah mengisi
kartu deskripsi tentang keadaan kondisi
fisik lahan yaitu kondisi vegetasi serta penggunaan lahan.
d. Setelah
itu maka dilakukan pengeboran (boring) tanah. Pada kegiatan pengeboran
tanah akan dilakukan deskripsi morfologi tanah. Semua hal-hal yang penting pada penampang tanah yang
meliputi :
1.Warna
tanah.
2.Tingkat
kematangan bahan organik (untuk tanah gambut dan bergambut), ditentukan dengan
kriteria kematangan gambut dengan metode peras Von Vost, (Lampiran 2)
3.Tekstur
(tanah mineral), ditentukan dengan kriteria penetapan kelas tekstur menurut
perasaan di lapangan, (Lampiran 3)
4.Perakaran ada atau tidak
5.Kedalaman
pirit (potensi sulfat masam)
6.Kedalaman
muka air tanah(cm) diukur dari permukaan tanah sampai awal permukaan air tanah.
7.Pengaruh
pasang dan bahaya banjir diperoleh dari keterangan petani atau warga dan
petugas setempat. Semua hal-hal tersebut dicatat pada kartu deskripsi bor.
f. Setelah
kegiatan deskripsi boring selesai dilakukan maka dilakukan pengambilan sampel
tanah sebanyak ± 1 kg pada lapisan atas ( 0 – 30 cm).
g. Setelah
selesai pada satu titik pengamatan, maka dilakukan kembali perjalanan survei
menuju titik pengamatan lainnya dengan tetap menggunakan fungsi GO TO pada GPS
dengan kompas sebagai penunjuk arah.
h. Setelah
selesai kegiatan pemboran tanah diseluruh areal penelitian, maka ditentukan
tipologi lahannya (Peta Tipologi Lahan) (Lampiran 16)
i. Kemudian
dilakukan identifikasi dan deliniasi lahan berdasarkan tipe luapannya, (Peta
Tipe Luapan) (Lampiran 15). Teknik deliniasi dengan menggunakan analisis
data spasial (Spatial Analyst).
j. Setelah
diperoleh peta tipologi lahan dan tipe luapan dilanjutkan dengan membuat peta
Satuan Lahan Homogen (SLH) berdasarkan tumpang susun (Overlay) dari
kedua peta tematik tersebut (Peta Satuan Lahan Homogen) (Lampiran 17)
k. Kemudian
diambil 1 kg sampel tanah komposit dari beberapa titik bor yang terdapat dalam
Satuan Lahan Homogen (SLH) untuk mengetahui sifat kimia tanah di laboratorium.
3.4.4. Tahap
Pasca Survei Lapangan
Kegiatan yang dilakukan setelah survei
utama adalah sebagai berikut :
a. Pengolahan
data hasil pengamatan di lapangan dan analisis tanah di laboratorium.
b. Editing data digital dan revisi draff peta tematik
dibantu software Arc View 3.3 ataupun Arc GIS 8.1.
c. Penyusunan naskah laporan.
3.5. Parameter
Parameter yang diamati di
lapangan adalah :
1. Kondisi
penggunaan lahan (Land use) dan vegetasi, ditentukan dengan mengamati
secara langsung keadaan di lapangan.
2. Warna tanah, diidentifikasi dengan mengunakan buku
Munsell Soil Colour Chart.
3. Tekstur
tanah (tanah mineral), ditentukan dengan kriteria penetapan kelas tekstur
menurut perasaan di lapangan, (Lampiran 3).
4. Ketebalan
dan tingkat dekomposisi bahan organik (untuk tanah gambut/bergambut),
ditentukan dengan kriteria kematangan gambut dengan metode peras Von Vost, (Lampiran
2).
5. Kedalaman
pirit (potensi sulfat masam), ditentukan melalui oksida cepat dengan H2O2
30 % yang ditambahkan pada tanah segar yang di identifikasi mengandung bahan
sulfidik (pirit) yaitu berwarna abu gelap atau abu-abu kehijauan. Bila berbuih
sangat kuat serta pH < 3,5 setelah pemberian H2O2 30 %
maka di identifikasikan adanya bahan sulfidik (pirit), kemudian diukur
kedalaman dari permukaan tanah.
6. Perakaran,
ditentukan dengan mengamati ada atau tidaknya perakaran baik itu halus atau
kasar sampai tidak ditemukan perakaran di dalam tanah.
7. Drainase
tanah, ditentukan dengan mengamati secara langsung kondisi permukaan lahan di
lapangan meliputi ada atau tidaknya genangan air, bercak, dan warna gley (2,5
Y 5/2 s/d 5 Y 4/1), (Lampiran 4).
8. Kedalaman muka air tanah (cm) diukur dari
permukaan tanah sampai awal permukaan air tanah.
9.
pH
tanah, diukur dengan alat pengukur pH meter.
Jenis analisis kimia untuk
contoh tanah dianalisis sifat kimianya di laboratorium dengan mengacu pada
metode yang berlaku, disajikan pada Tabel 4 :
Tabel 4. Sifat Kimia Tanah yang
Dianalisis di Laboratorium.
Jenis Analisis Kimia
|
Metode
|
Satuan
|
C –Organik
|
Pengabuan
|
%
|
P2O5 Tersedia
|
Metode Bray-1
|
ppm
|
K2O Potensial
|
Ekstrak HCl 25 %
|
Mg/100 g
|
N Total
|
Kjeldhal
|
%
|
KTK
|
Metode Ekstraksi HCl 1N NH4Oac
pH 7
|
cmol/Kg
|
Kejenuhan Basa
|
Metode Hitungan
|
%
|
pH (H2O) 1 : 2
|
Metode Elektrometri / pH meter
|
-
|
Salinitas (DHL)*
|
Konduktifiti meter/Tahanan listrik
|
mS.cm -1
|
* Kriteria Salinitas (DHL) (Lampiran
7)
3.6. Analisis Data
Data hasil pengamatan di
lapangan dan hasil analisis tanah di laboratorium di analisis secara
deskriptif. Dalam sistem klasifikasi tipologi lahan rawa, yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Sistem Klasifikasi Tipologi Lahan Hasil Pembaharuan
Klasifikasi Tipologi Lahan yang dikemukakan oleh Widjaja-Adhi 1995. Sistem
penentuan harkat (nilai) Sifat Kimia (Lampiran 5) dan Status
Kesuburan (Lampiran 6), yang
digunakan pada penelitian ini adalah berdasarkan kriteria penilaian yang
dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor (PPT Bogor) 1983.
NB: Untuk Peta-peta anda dapat melihat pada FACEBOK saya